8 January 2012

Posted by RYAN ATMOJO |
Kebijakan pemerintah tentang penerapan pembatasan subsidi BBM untuk kalangan mobil di atas tahun 2005 ditanggapi dingin oleh pelaku usaha mobil bekas. Penerapan kebijakan untuk pengharusan pada mobil diatas 2005 harus menggunakan pertamak harus ditinjau ulang. Ini mengingat kondisi riil yang ada di lapangan khususnya di daerah Ponorogo berapa pompa bensin yang menyedikana pertamak. Bila ini benar direalisasikan pada januari 2011. maka pasti terjadi banyak kekacauan karena belum siapnya faktor pendukung.
Ini baru di ponorogo saja belum lagi di daerah yang lebih sulit dalam hal medan dan kondisi misalnya untuk luar jawa tentu lebih memprihatinkan. Kita bayangkan saja bagaimana repotnya mereka yang mempunyai mobil untuk yang berdomisili jauh dari lokasi pompa bensi pertamak. Tentu sangat menyulitkan. Ujar anang yang juga pelaku bisnis mobil bekas di Ponorogo.
Ditambahkan olehnya “Ini tentu butuh prasarana pendukung yang tidak bisa secara instan saja bisa terpenuhi. Toh konstruksi dan fasilitas yang diberlakukan kepada pompa bensin pertamax tentu berbeda dengan pompa bensin biasa. Mempersiapkan infrastrukur pelengkap penunjang kepada sarana dan prasarana yang memadai seharusnya lebih didahulukan dari pada penerapan yang mempuyai latar belakang hanya kebijakan populis sesaat.
Anang berargumen “ Kesalahan sebenarnya juga pada pemerintah, yang ada kita ini terlalu liberalis bebas tidak ada aturan. Kepemilikan kendaraan bermotor, yang punya banyak uang denga seenaknya saja membeli motor kalau motor sudah banyak mobil juga makin banyak. Tidak ada kebijakan pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor ini menjadi biang keladi akan kebingungan pemerintah dalam menghadapi regulasi baik itu berupa konsumsi BBM yang makin meningkat sarana jalan yang maik sempit dengan banyaknya kendaraan, juga masalah lain yang mengikut dibelakangnya”.
“Kita selalu dihadapkan pada kelangkaan BBM untuk memulai isu menaikan atau merubah kebijakan yang berkaitan denga masyarakat ini tentu sangat meresahkan. Seharusnya pemerintah transparan terbuka saja bila ingin mengambil kebijakan yang tidak populis ini. Penyadaran pada masyarakat tentang kondisi ekonomi negara atau karena pengalihan akan subisidi pada bidang lain sebenarnya perlu disosialisasikan lebih sehingga masyarakat bisa mafhum” tamahnya.
Pria pemilik show room Purnama ini menyatakan, ” Kita sih enjoy aja akan kenaikan BBM apabila itu memang diterapkan, tapi harus diimbangi dengan penambahan anggaran pada bidang lain. Kalau pengalihan memang dialihkan kepada pemberdayaan dan membantu masyarakat dan pendidikan mengapa itu tidak dilakukan. Toh itu juga kemaslahatan kita.”.
Ketidak percayaan masyarakat ini sebenranya lebih karena pengaruh dari kucing-kucingannya aparatur negara dalam memngeola keuangan dari pengalihan subsidi ini.
Mereka yang berpangkat pada posisi mapan semakin terfasilitasi dengan keberadaan dari kebijakan sedangkan masyarakat miskin semakin tersudut ke jurang kemiskinan yang lebih dalam.
Ketika dikonfirmasi tentang prospek penjualan mobil bekas pada kendaraan yang berbahan bakar bensin. Anang membantah dengan keras ini berimbas pada nilai transaksi jual beli. Sekarang memang ada wacana atau isu mengenai pengalihan peminat mobil dari yang bensin ke mobil solar. Ini hanya isu sesaat ini hanya pengaruh dari para pemain dilapangan untuk mengatur harga sebenarnya tidak ada pengaruhnya. Kenaikan harga BBM pembatasan BBM bersubsidi sudah merupakan isu biasa. Hanya pelaku usaha yang gegabah akhrirnya ketakutan untuk melepas mobil bensin dan menaikan harga pada mobil solar ujarnya.
.
Saya tetap optimis mengenai permasalahan BBM yang langka maupun regulasi kebijakan yang berubah ini akan mempengaruhi pasar mobil. Sikap menunggu sampai keadaan aman terkendali maupun merubah orientasi sikap untuk beramai-ramai ke mobil solar hanya sesaat. Dan sekali lagi ini hanya isu dari para pemain dalam bisnis mobil yang tidak bisa di anut begitu saja.

0 comments:

Post a Comment